SEJARAH SINGKAT LAKSAMANA
KEUMALAHAYATI
AMBALAN MALAHAYATI GUDEP
20-006
PANGKALAN SMK NEGERI I MUNDU CIREBON
Pada abad 16 lahir pejuang dari Aceh yang bernama
Keumalahayati lebih di kenal dengan nama Malahayati. Keumala dalam bahasa Aceh
berarti batu yang indah dan bercahaya. Ayahnya bernama Laksamana Mahmud
Syah. Kakeknya bernama Laksamana Muhamad Said Syah dan Sultan Hasanudin Syah
yang memerintah th 1530-1539 M,anak dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah
(1513-1530) pendiri Kerajaan Aceh.Darusalam.karena ayah dan kakek Malahayati
adalah Laksamana Angkatan Laut,Malahayati memiliki bakat dan jiwa bahari.
Sekitar
tahun 1568-1569 M Berdirilah Akademi Militer yang kemudian Malahayati menjadi
seorang Taruni pada Akademi Militer jurusan laut .Malahayati memiliki senior
yang kemudian merela menikah,Malahayati memperoleh kehormatan dan kepercayaan
dari Sultan Alaidin Riyat Syah Al Mukamil (1589-1604) diangkat sebagai Komandan Proteksi Istana Dunia-dunia.
Pada
waktu itu tahun(1589-1604)terjadi pertempuran laut yang dashyat antara Armada
Selat Malaka Aceh dipimpin Sultan Al Mukamil dengan dibantu 2 orang Laksamana.
Armada
Portugis hancur,sementara 2 orang Laksamana Aceh(Suami Malahayati)bersama 1000
Prajurit Wafat sebagai Kusuma Bangsa.
Malahayati
kemudian mengajukan permohonan membentuk armada Aceh yang prajuritnya para
wanita janda (Armada Inong Balle) kepada
Sultan Al Mukamil kemudian di setujui.Nama Pangkalannya adalah Teluk Lamreh
Kreung Raya.Yang beranggotakan 1000 orang janda muda.Kemudian perbesar menjadi 2000
orang yang ada juga gadis-gadis muda yang gagah berani.
John
Dawis dari Inggris berkunjung ke Aceh sewaktu Malahayati menjadi Panglima
Armada menyebutkan bahwa Aceh waktu itu memiliki perlengkapan armada laut yang
terdiri dari 100 buah kapal perang(Gaky),diantaranya ada yang kapasitas muatan
antara 400-500 penumpang.Adapun pemimpinnya adalah Malahayati.termasuk kekuatan
Armada Angkatan Laut Aceh terkuat di Asia Tenggara.
Pada
tanggal 22 Juni 1596 M ada 4 buah kapal Belanda dibawah pimpinan Cornelis De
Hout Man berlabuh di Pelabuhan Banten. Pada pelayaran yang ke-2 Cornelis De
Hout Man dan Frederijk De Hout Man tanggal 21 Juni 1599 berlabuh di Banda Aceh dan di terima
layaknya kapal dagang. Namun ke-2 bersaudara itu berkhianat mereka membuat
manipulasi dagang,mengacau,menghasut, dsb.
Kemudian Sultan
menugaskan Panglima Armada Inong Balle Malahayati,Armada Imnong Balle menyerbu
Kapal Belanda.Pertempuran satu lawan satu di menangkan oleh Malahayati karena
terbunuhnya Cornelis De Hout Man dan sementara Fredijk De Hout Man di tawan
selama 2 tahun.
Selain sebagai
Panglima Armada AL Malahayati pernah diangkat Sultan Aceh sebagai Komandan
Pasukan Wanita pengawal istana.Dia juga seorang diplomat dan perunding yang
handal.
Pada
tanggal 31 Juni 1601 dibawah pimpinan Laksamana Jacob Van Neck Prins Maurits
mengirim surat kepada Sultan Saidi/Mukamil yang berisi permintaan maaf dan
meminta supaya Frederijk De Hout Man di bebaskan .
Rombongan utusan
Prins Maurits diiringi 4 buah kapal masing-masing Zeelandia,Middelborg,Langhe
Bracke dan Sonne di bawah pimpinan Gerard De Roy dan Lauren Bicker tgl 23
Agustus 1601.Perundingan antara Laksamana Lauren Bicker dan Komisaris Gerard De
Roy dengan Laksamana Malahayati membawa hasil berupa:
- Terwujudnya perdamaian antara Belanda dengan Aceh
- Frederijk De Hout Man di bebaskan dari tahanan
- Belanda Harus membayar kerugian kapal – kapal Aceh yang dibajak oleh Van Gaerden sebesar 50.000 Golden.
- Untuk membalas Ikhtikad Belanda Sultan Aceh mengirim 3 orang utusan yaitu Abdul Hamid, Laksamana Sri Muhammad, dan Mir Hasan berangkat bersama utusan Belanda
Ratu Elisabeth I ( 1558-1603) dari Inggris mengirim Laksamana Sir James
Lan Chaster unuk menyampaikan surat kepada Sultan Aceh. Dan disambut Malahayati
yang tiba di Aceh pada tanggal 6 Juni 1602 membawa hasil yang baik.
Malahayati
bersumpah di depan Sultan Alauddin Riyat Syah bahwa Ia bersumpah kepada Allah
SWT. Insya Allah Ia akan berjuang sampai
tetes darah penghabisan. Sumpah yang diucapkan dikabulkan oleh Allah SWT. Ia
gugur dalam pertempuran di laut, teluk Kreung Raya melawan Portugis.
Zenajah
Malahayati ( Pahlawan Puteri Kerajaan Aceh Darussalam ) dimakamkan di Lereng
Bukit kota dalam, terletak di desa Nelayan Kreung Raya, sekitar 34 KM dari kota
Banda Aceh, dimakamnya terdapat 2 makam berdampingan yaitu makam Laksamana
Malahayati dan makam Laksamana Muda Cut Meurah Inseun, wakil Malahayati.
Sebagai
penghormatan Negara Republik Indonesia terhadap perjuangan Laksamana Malahayati
maka Indonesia mengabadikan nama Malahayati untuk Pelabuhan Samudera di Kreung
Raya Aceh. Selain itu berdasarkan surat keputusan MenHanKam / Pangab No.Skep
/1487/XI/1977 tanggal 15 November 1977 nama Malahayati diabadikan untuk sebuah
Korvet TNI-AL dengan No. lambang 362 Korvet KRI Malahayati ini masuk dalam
jajaran Kapal Perang TNI-AL buatan Belanda 1977.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar